Darurat Petani Muda, DPRD Kutim Dorong Transformasi Agroindustri

Sangatta – Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kutai Timur (Kutim), Hasbollah, menyampaikan keprihatinannya atas minimnya minat pemuda Kutim untuk terjun ke sektor pertanian. Padahal, Kutim memiliki potensi perkebunan dan pertanian yang sangat besar.

Hasbollah, yang juga Wakil Ketua Komisi B DPRD Kutim dan pengurus Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA), mengungkapkan bahwa penurunan minat tenaga pertanian dengan angka merosot hingga 3% setiap tahunnya. Padahal, pemerintah tengah gencar menggalakkan ketahanan pangan.

“Minat anak-anak muda kita untuk terlibat dalam pertanian sangat rendah, mereka lebih senang menjadi karyawan di industri lain, seperti tambang, dibandingkan menjadi petani,” ujarnya kepada media ini saat di temui di ruang kerjanya pada Selasa, (18/3/2025).

Menanggapi hal tersebut, Hasbollah menyampaikan bahwa dalam pembahasan Panitia Khusus Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (Pansus RPJPD), salah satu upaya yang didorong adalah mengurangi ketergantungan Kutim terhadap sektor pertambangan dengan meningkatkan sektor agroindustri.

“Salah satu yang kita coba inikan adalah bagaimana memformulasi supaya pertanian itu menjadi industri pertanian. Kalau petani sudah menjadi industri, otomatis kan penghasilan dari sektor itu akan lebih besar. Kemudian juga orang sudah tidak lagi sungkan untuk masuk di bidang pertanian karena ini sudah perindustrian bukan petani tradisional,” jelasnya.

Hasbollah mencontohkan keberhasilan negara luar seperti Thailand, Jepang, dan China dalam mentransformasi sektor pertanian mereka. Ia menekankan perlunya komitmen dan konsep yang jelas untuk mewujudkan hal serupa di Kutim.

“Cuman ya balik lagi kita ini mulainya kapan terus konsepnya gimana. Ini yang perlu kita kita coba pelajari,” pungkasnya. (Kiky/*)