Sangatta – Kabupaten Kutai Timur (Kutim) menghadapi tantangan besar dalam sektor pertanian, yaitu minimnya jumlah buruh tani. Berbeda dengan daerah di Pulau Jawa yang masih memiliki buruh tani harian, Kutai Timur mengalami kekurangan tenaga kerja pertanian, terutama yang masih produktif.
Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kutai Timur, Dessy Wahyu Fitrisia, mengungkapkan bahwa sebagian besar buruh tani yang ada saat ini didominasi oleh tenaga kerja yang sudah berusia lanjut.
“Sebenarnya untuk Kabupaten Kutai Timur secara umum itu kita kekurangan buruh tani. Kutim ini tidak seperti di daerah Jawa yang mungkin ada masih punya buruh tani harian dan segala macam. Tapi Kutim ini kekurangan buruh tani yang bekerja di sektor pertanian itu sangat-sangat kurang, dan kalaupun ada itu umurnya sudah seniorlah,” ucapnya.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, pemerintah setempat mulai mengoptimalkan penggunaan alat dan mesin pertanian.
“Untuk mengantisipasi itu atau menghadapi masalah itu kita mempergunakan alat mesin pertanian. Gunanya untuk mengurangi tenaga buruh harian tadi sehingga bisa dialihkan ke alat mesin. Untuk itu di Long Mesangat kita sudah taruh namanya alat pertanian itu combine yang sudah kita siapkan.
Kemudian Pemerintah juga berupaya meningkatkan efisiensi pengolahan lahan dengan menambah alat pertanian lainnya. Tahun ini, melalui program Brigade Pangan dari Pemerintah Pusat, Kutai Timur akan mendapatkan bantuan traktor roda empat untuk mempercepat proses pengolahan lahan.
“Dengan hand tractor, pengolahan 1 hektar lahan bisa memakan waktu 3–4 hari. Tapi kalau menggunakan traktor roda empat, cukup 3 jam saja. Harapannya dengan adanya pengolahan lahan yang lebih cepat, jadi tanamnya masyarakat itu juga lebih serentak,’’ tutupnya. (Kiya/*)