Bupati Usulkan Pemecahan Rekor MURI untuk Seni Tradisional Kutai

Kaltim, Kutai Timur1399 Dilihat

SANGATTA – Bupati Kutai Timur (Kutim), Ardiansyah Sulaiman, mengusulkan agar seni tradisional Kutai, khususnya gambus dan tingkilan, diupayakan untuk memecahkan rekor Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI). Usulan ini disampaikan saat kunjungan Bupati ke Sanggar Gambus Selera Kutai (SGSK) Sangatta baru-baru ini.

Menurut Bupati, seni gambus dan tingkilan memiliki potensi besar untuk mencatatkan rekor, mengingat keberadaannya yang telah berkembang di hampir seluruh kecamatan di Kutim. “Seni budaya Kutai seperti tingkilan, tarsul, dan jepen sudah berkembang di berbagai wilayah, termasuk Bengalon, Sangkulirang, dan Sandaran. Ini modal bagus untuk kita ajukan ke MURI,” ujar Ardiansyah.

Selain itu, Bupati mengusulkan agar SGSK Sangatta bergabung dengan Rumah Pore sebagai pusat kegiatan kesenian dan kebudayaan Kutim. “Rumah Pore dapat menjadi pusat kegiatan adat dan budaya. Saya mengusulkan setidaknya ada acara adat istiadat Kutai yang diadakan sebulan sekali di sana,” ujarnya.

Tak hanya itu, Ardiansyah juga mengapresiasi upaya sanggar dalam melibatkan generasi muda melalui pelatihan seni dan muatan lokal di sekolah. “Saya sangat mendukung seni gambus masuk sebagai muatan lokal di sekolah. Ini langkah penting dalam melestarikan seni dan bahasa Kutai di Kutim,” tambahnya.

Menurut Bupati, seni budaya Kutai seperti tingkilan, tarsul, dan jepen telah berkembang di hampir seluruh kecamatan di Kutim, termasuk Bengalon, Sangkulirang, dan Sandaran. Pada kesempatan itu, seni tradisional Mamanda juga dipentaskan untuk mengingatkan masyarakat akan asal-usul sejarah Kutai. “Ini adalah bentuk apresiasi terhadap kekayaan budaya kita yang harus terus dijaga,” ungkapnya.

Ketua SGSK Sangatta, Sayid Abdullah, yang juga tokoh seni budaya Kutai, menyampaikan harapannya agar pemerintah semakin memperhatikan keberadaan sanggar seni. “Kami hanya ingin keberadaan kami lebih diketahui pemerintah. Meski tanpa acara besar, seni budaya seperti jepen dan tingkilan masih eksis di Sangatta,” kata Sayid Abdullah

Ia menekankan pentingnya dukungan pemerintah melalui program-program berkelanjutan untuk memajukan seni budaya Kutai.

“Kami telah membuka pelatihan dan sosialisasi ke sekolah-sekolah untuk menarik minat generasi muda. Namun, kami membutuhkan kolaborasi dengan pemerintah daerah, Dinas Pariwisata, dan Dinas Pendidikan untuk menjaga kelestarian seni ini,” lanjut Sayid. Ia juga menyinggung partisipasi Kutim dalam seleksi Anugerah Kebudayaan sejak 2022, dengan keberhasilan perwakilan Kutim meraih penghargaan tersebut pada 2023.

Sayid berharap langkah-langkah strategis ke depan dapat lebih memajukan seni tradisional seperti tingkilan dan jepen. “Pelestarian budaya ini membutuhkan perhatian khusus dari semua pihak, termasuk pemerintah,” tutupnya. (*)