Sangatta, – Bupati Kutai Timu (Kutim), Drs. H. Ardiansyah Sulaiman, pada Kamis (1/8/2024) secara resmi membuka Pertemuan Advokasi Surveilans Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) di ruang Meranti, kantor Bupati
Acara yang dihadiri oleh direktorat pengelolaan imunisasi, dr. Cornelia kelyombar, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) Setyo Budi Basuki, serta para Kepala Puskesmas dan Dinas Kesehatan se-Kutim, ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya imunisasi, terutama di tengah meningkatnya kasus polio.
Dalam sambutannya, Bupati Ardiansyah Sulaiman menyampaikan keprihatinan atas munculnya kembali kasus polio. Beliau menekankan pentingnya imunisasi dalam mencegah penyakit menular ini.
“Beberapa penyakit yang sebenarnya sudah kita anggap aman, ternyata mulai muncul lagi. Saya sempat mendengar informasi tentang polio yang sudah banyak kasusnya,” ungkap Ardiansyah.
Pengalaman pribadi Bupati Ardiansyah Sulaiman, dengan cucunya yang sedang menjalani terapi pendengaran di Jakarta semakin menguatkan tekad beliau untuk mengkampanyekan pentingnya imunisasi. “Setelah imunisasi, cucu saya demam. Saya sempat bertanya-tanya kenapa tidak ditunda saja imunisasinya. Ternyata, jadwal imunisasi itu sudah diatur serentak di seluruh Indonesia,” ujarnya.
Bupati Ardiansyah mengajak seluruh pihak terkait, termasuk tenaga kesehatan, organisasi profesi, dan masyarakat, untuk bekerja sama dalam meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya imunisasi.
“Jangan sampai kita menolak imunisasi hanya karena hoaks atau asumsi yang tidak benar. Imunisasi adalah cara paling efektif untuk mencegah penyakit menular,” tegasnya.
Bupati juga menyoroti kasus polio, ada yang berusia 34 tahun juga terkena, yang menunjukkan bahwa penyakit ini dapat menyerang siapa saja. Ia berharap pertemuan advokasi ini dapat menjadi momentum untuk memaksimalkan upaya advokasi di lapangan.
“Pahamkan masyarakat melalui posyandu, pahamkan masyarakat melalui kader-kader kesehatan, baik itu kader-kader kesehatan yang di posyandu, kader-kader kesehatan yang ada di PKK, dan siapa saja. Yakinkan masyarakat dan berikan mereka arahan-arahan,” pesannya.
dr. Bahrani juga menambahkan bahwa, selain ancaman polio, Kabupaten Kutim juga mengalami KLB rubella dan pertusis.
“Banyak provinsi-provinsi yang sudah dinyatakan terkena polio, perlu kami laporkan juga bahwa sudah terjadi kejadian luar biasa 3 kali kalau tidak salah, jadi kemarin ada enam desa itu terkena rubella kemudian di Sangatta Selatan kemarin pertusis kemudian malah orang dewasa yang terkena jadi sekitar 34 tahun katanya,” ungkap dr. Bahrani.
Menurut dr. Bahrani, masyarakat seringkali menolak vaksinasi karena kurangnya informasi dan terpengaruh oleh hoaks. Padahal, penyakit seperti rubella dan pertusis dapat menimbulkan dampak serius, terutama pada anak-anak.
“Penyakit-penyakit ini mungkin masyarakat enggak pernah lihat makanya menolak imunisasi, jadi ada yang memang bikin hoax macam – macam, sebenarnya kalau mereka tahu penyakit itu kayak begitu nggak akan menolak imunisasi,” jelasnya
dr. Bahrani mengajak seluruh lapisan masyarakat, dalam mencegah penyebaran penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
“Saya berharap pada teman-teman untuk juga selalu waspada dan punya perhatian untuk bisa mencegah penyebaran penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi ini,” ujar dr. Bahrani. Lebih lanjut, beliau juga menekankan pentingnya menangkal hoaks yang seringkali menjadi penghalang masyarakat untuk melakukan imunisasi. “Kami mengharap kepada bapak ibu semua para ahli ulama, bagaimana bisa menangkal hoaks,” imbuhnya. (Kiky/ADV)