SANGATTA. Bupati Kutai Timur Ardiansyah Sulaiman mengakui jika Kawasan Ekonomi Khusus Maloy, sebagai kawasan industry menjadikan Kutim sebagai Superhab Ibu Kota Negara (IKN). Superhab artinya menjadi bangian pertumbuhan ekonomi IKN.
“Baarometer Kutim jadi bagian dari pertumbuhan ekonomi IKN adalah kawasan KEK maloy.Karena itu, kita tetap bertekat mengembalaikan KEK maloy sesui tujuan awalnya sebagai kawasan industry,” kata Ardiansyah.
Disebutkan, industry utama yang harus ada di KEK Maloy adalah Industri Kelapa sawit dan turunannya. Selain itu, indutri pisang dan turunannya. Kemudian, industry cokelat dan produk turunanya.
Disebutkan, keuntungan industry hilir dari ekspor bahan baku sangat besar. Jika harga bahan baku hanya Rp10, namun harga produk turunannya bisa saja jadi Rp50. Belum lagi ada keuntungan dari serapan tenaga kerja.
‘Jadi Industri hilir produk itu banyak keuntungannya. Terutama nilai tambah dan serapan tenag kerja,” jelas Ardiansyah Sulaiman kepada sejumlah awak media
Seperti diketahui, Kutim memliki KEK Maloy. KEK ini telah ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 85 Tahun 2014 dengan total luas area sebesar 557,34 Haa. Kawasan ini kaya akan sumber daya alam terutama kelapa sawit, kayu dan energi didukung dengan posisi geostrategis yaitu terletak pada lintasan Alur Laut Kepulauan Indonesia II (ALKI II). ALKI II merupakan lintasan laut perdagangan internasional yang menghubungkan Pulau Kalimantan dan Sulawesi, serta merupakan jalur regional lintas trans Kalimantan, dan transportasi penyeberangan ferry Tarakan-Tolitoli, dan Balikpapan-Mamuju.
KEK MBTK diharapkan dapat mendorong penciptaan nilai tambah melalui industrialisasi atas berbagai komoditi di wilayah tersebut. Berdasarkan keunggulan geostrategis wilayah Kutai Timur, KEK MBTK akan menjadi pusat pengolahan kelapa sawit dan produk turunannya, serta pusat bagi industri energi seperti industri mineral, gas dan batu bara. (*/ADV)