SANGATTA. Meskipun sawit tidak berdampak banyak terhadap peningkatan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah dibanding tambang Baru Bara, namun, anggota DPRD Kutim Yan SPD melihat Sawit justru lebih berdampak positif dan meratah bagi masyarakat bawah, dibanding tambang. Apalagi, dari segi lingkungan, kondisi daerah tambang jauh lebih buruk dari kondisi daerah perkebunan sawit.
“Sawit banyak yang melihat tidak memberikan dampak besar bagi pendapatan daerah, dibanding dengan tambang batu bara. Namun, dilihat kondisi daerah tambang, seperti Sangatta jauh lebih buruk dari kondisi daerah perkebunan. Dari sisi dampak ekonominya, sawit lebih memberikan keuntungan baik bagi masyarakat bawah, dari tambang,” jelas Yan.
Kedepannya, menurut Yan, tambang juga akan terbatas. Sebab seperti KPC, kini hanya diperpanjang masa kerjanya 10 tahun. Kalaupun ditambah, mungkin 10 tahun lagi. Apakah setelah 20 tahun itu itu masih ada cadangannya atau tidak.
Tapi bagi warga pedesaan, diakui lebih baik sawit. Karena itu, meskipun dibawa kebun sawit warga itu banyak cadangan batu bara, namun masyarakat kini lebih focus ke sawit. Karena itu, kalaupun dikatakan bagi hasil sawit ke daerah yang masuk di APBD kecil, maka yang perlu diperjuangkan saat ini adalah bagi hasilnya itu.
“Jadi yang ingin kita perjuangkan sekarang ini adalah bagi hasil dari sawit itu sendiri, agar bisa bertambah,” katanya.
Seperti diketahui, Kutim baru mendapat bagi hasil dari sawit ini dalam dua tahun terakhir. Itupun nilainya kecil, jauh dibanding dengan bagi hasil batu bara, yang mencapai triliunan rupiah per tahun. (*/jn/ADV)