SANGATTA. Anggota DPRD Kutim Hepnie Armansyah mengakui telah melakukan pertemuan dengan manajemen Perusahaan Umum Daerah Air Minum Perumdan) Tirta Tua Benuah. Dari hasil pertemuan itu, diakui telah menerima laporan jika dalam produksi air yang dilakukan PDAM, ternyata PDAM masih rugi sekitar Rp1100 per meter kubik air.
“Jadi harga air masih dibawah harga pokok produksi, dengan kerugian sekitar Rp1100 per meter kubik,” katanya.
Namun, meskipun masih menjual air dengan harga dibawa harga pokok produksi, jika PDAM melakukan efisiensi, maka tidak menutup kemungkinan PDAM masih bisa untung. Karena itu, DPRD belum melihat perlunya penyesuaian tarif.
“Karena dari hasil audit BPK tahun 2021, masih ada kehilangan air sekitar 2,7 juta kubik, dari produksi 13 juta meter kubik air, kerugian Rp2,7 miliar. Jika dilakukan efisiensi, maka sebenarnya masih tetap untung. Karena itu, kami DPRD minta PDAM melakukan efisiensi,” katanya.
Selain masalah kinerja, dari hasil pertemuan itu DPRD juga mempertanyakan cakupan layanan PDAM. Ternyata, untuk perkotaan, cakupan layanan PDAM, sudah mencapai 80 persen. Ini artinya sudah sesuai target. Hanya saja, untuk pedesaan, masih kurang, karena ternyata masih sekitar 40 persen.
“Karena itu, kami minta ke PDAM, apa program mereka dalam perluasan cakupan layanan. Kami minta itu, agar kami perjuangkan di Banggar DPRD untuk dukungan anggaran. Sebab kebutuhan air ini adalah kebutuhan dasar, yang memang perlu didukung,” katanya.
Diakui, masih banyak lokasi diluar kota yang memang belum merasakan layanan PDAM. Karena itu perlu dibangun Instalasi pengolahan air PDAM di sana, agar pemerataan layanan PDAM, sebagai kebutuhan dasar masyarakat bisa dirasakan semua masyarakat. (ADV/TK)