SANGATTA. Pemerintah Kutai Timur mengakui jika Mei tahun ini status Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) bagi Maloy Batuta Trans Kalimantan (MBTK) akan dicabut, jika belum operasional. Untuk itu, sebelum Mei ini, KEK Maloy, sudah harus beroperasi. Demikian diakui Bupati Kutim Ardiansyah Sulaiman, pada wartawan.
“Maloy, sudah ada sanksi, kalau tidak operasional Mei. Status sebagai KEK, akan dicabut. Karena itu, sebelum Mei, sudah akan kita operasionalkan,” katanya.
Operasional, menurutnya, dalam arti sudah ada kegiatan operasional di sana, meskipun belum maksimal. sebab, memang di sana, sudah ada perusahan yang melakukan kegiatan pembangunan. Ditambah, ada lagi perusahan yang ingin memanfaatkan pelabuhan itu untuk bongkar muat. Karena itu, memang sudah harus operasonal untuk melayani kegiatan investor yang sudah masuk.
Ardiansyah mengakui, sanksi sudah ada, meskipun dirinya sendiri tidak yakin status itu akan dicabut. Sebab yang meresmikan adalah presiden Joko Widodo. Hanya saja, karena memang sudah ada perusahan yang melakukan kegiatan di sana, untuk itu memang sudah harus operasional.
Sebelumnya, diakui sudah ada tiga investor yang masuk ke KEK Maloy. Diantarannya adalah PT Indonesia Plantation Synergy (IPS) dan PT Palma Serasi Internasional. Mereka akan membangun pabrik minnyak goreng. Selain itu, kini ada lagi perusahan yang akan menggunakan pelabuhan tersebut untuk bongkar muat pengiriman barang.
Diakui, yang jadi kendala selama ini adalah kelembagaan Badan pengelola belum ada. Sehingga tidak tahu siapa yang menyambut investor yang akan masuk. Namun, kini pengelolaan KEK MBTK, dipastikan akan dilakukan oleh Perusda MBS Pemprov kerja sama dengan Perusda Kutim.
Dari segi infrastruktur, diakui tak masalah. Sebab jalan sedang dibangun dari APBN, Kantor memang sudah ada, Listrik sedang dibangun Sutet, Air bersih sudah dibangun Pemerintah Provinsi. “jadi tidak ada masalah infrastruktur. Karena itu, kita berharap segera beroperasi,” jelas
Sekadar diketahui, KEK MBTK diarahkan untuk menjadi pusat industri hilir kelapa sawit, mineral, gas, dan batubara. Pada tahun 2025, KEK Maloy ditargetkan dapat menarik investasi hingga Rp 34,3 triliun dan meningkatkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) mencapai Rp 4,6 triliun per tahun (jn)