SANGATTA. Pemerintah Kutai Timur mengakui kaget dengan banjir yang tiba-tiba melanda dua kecamatan yakni Kecamatan Sangatta Utara dan Sangatta Selatan, yang mengakibatkan sekitar 25 ribu warga terendam. Karena itu, pemerintah tidak punya persiapan matang menghadapi masalah tersebut. Demikian diakui Bupati Kutim Ardiansyah Sulaiman, pada wartawan.
“Banjir ini memang tidak pernah kita prediksi sedahyat ini. Karena itu, penanganannya juga tidak ada kata siaga atau atau siaga dua dan lainya. Tapi, yang utama saat ini kita menetapkan kondisi darurat selama 14 hari dalam rangka penanganan banjir ini,” jelas Ardiansyah.
Kondisi darurat ini juga telah dilaporkan ke provinsi, sehingga Badan penaggunlangan bencana Daerah (BPBD) Provinsi pun telah ikut datang ke Kutim, dalam rangka ikut ambil bagian penanganan bencana kali ini.
Bupati juga menjelaskan, meskipun ada puluhan ribu warga yang terdampak banjir, namun pengungsi tidak sebanyak itu. Sebab, tidak semua pengungsi, terkordinasi dengan posko utama BPBD Kutim. Sebab di beberapa RW, atau RT, mereka membuat posko mandiri, termasuk dapur umum sendiri untuk menanggulangi korban banjir warganya. Seperti di Gang Rezeki, dan beberapa lokasimlainnya sehingga yang perlu ditangani Posko, BPBD tidak sebanyak korban banjir itu sendiri.
“Beberapa posko pengungsi yang sudah koordinasi dengan BPBD diantaranya Posko Masjid Agung, Posko Swarga Bara, Posko SMK, Posko Gedung Muhammadia, dan beberapa posko lainnya. Sementara untuk posko di Sangatta Selatan, itu berdasarkan data Camat Sangatta Selatan itu ada tujuh,” jelas Ardianasyah.
Karena banjir datang tiba-tiba, diakui yang utama yang dibutuhkan pengungsi saat ini adalah makanan siap saji. Untuk menyiapkan makanan ini, maka tentu butuh sembako. “kita berharap sumbangan dari masyarakat yang mampu, yang tidak berdampa banjir,” katanya.
Selain itu, alat dapur untuk memasak. Sebab alat masak yang ada hanya mampu untuk kapasitas 300 porsi. Karena itu, Bupati mengakui, pihaknya telah berkoordinasi dengan pihak terkait, seperti TNI, Polri, untuk mencari alat masak. Dan yang tak kalah penting, tukang masalak, serta tenaga sukarelawan, untuk mengantar makanan pada warga yang membutuhkan. Sebab, banyak juga sukarelawan, yang memang tidak bisa partisipasi, karena rumah mereka juga terendam banjir. (jn)