Sangatta – Meskipun Kutai Timur memiliki perkebunan kelapa sawit terluas di Kalimantan Timur (Kaltim) dengan jumlah perusahaan perkebunan kurang lebih 103 perusahaan dan memiliki kurang lebih 34 Pabrik Kelapa Sawit. Namun minyak yang dihasilkan dari kebun sawit itu nampaknya masih sulit di rasakan oleh masyarakat Kutim.
Pasalnya, Kabupaten Kutai Timur sendiri tidak ada bedahnya dengan beberapa daerah lainnya di Indonesia, yang tidak memiliki perkebunan kelapa sawit yang kesulitan mendapatkan minyak goreng. Bahkan, kini minyak goreng sendiri seperti barang langkah dan sulit ditemukan.
Seperti yang disampaikan oleh anah, salah satu warga sangatta mengatakan dirinya telah berkeliling kota Sangatta, dari satu toko ke tokoh lain untuk mencari minyak goreng, namun dirinya sulit menemukan ada minyak goreng. Paling ada di toko-toko pengecer kecil, namun harganya terbilang mahal.
“di Jalan Karya Etam, di salah satu toko kecil, saya dapat minnyak kemasan 500 ml, namun harganya Rp15 ribu. Itupun hanya dua kemasan yang saya dapat, Kamis (3/3). Saya datangi sebuah toko di Teluk Lingga, kebetulan dapat tapi hanya dikasi sebungkus, ternyata dengan kemasan 900 ml, harganya Rp20 ribu,” katanya.
Diakui, konon, minyak goreng sering ada pada pagi hari di mini market, namun harus antri dari jam enam pagi. Itupun kalau dapat. Dengan kondisi pandemi, untuk berkerumun mengantri membeli minyak goreng, mungkin itu sangat beresiko. Karena itu, dia mencoba mencari kinyak goreng di toko pengecer lainnya, namun ternyata tidak ada.
Bukan hanya konsumen, Tamar, salah seorang pedangan kecil yang selama ini berjualan minyak goreng, mengakui dalam minggu ini tidak menjual minyak goreng. Sebab semua toko grosir yang selama ini menjadi langganan dia untuk mengambil barang, ternyata semua tidak punya stok minyak. “Jangankan saya jual, untuk saya pakai aja ndak ada,” katanya.
Selan itu, dari pantauan wartawan, hampir semua toko di Kutim tidak ada jual minyak goreng. Salah seorang pedangan grosiran yang cukup terkenal di Sangatta, yang terletak di Jalan Kabo mengakui, tidak mengatahui kapan minyak goreng akan datang. “Sudah kami order, namun hingga kini belum masuk. Kapan ada pasokan masuk, kami juga masih menunggu,” katanya.
Menanggapi kelangkaan minyak goreng, Kepala Dinas Perindustrian Kutim Zaini didampingi Kepala Seksi Perdagangan Dalam Negeri, Achmad Doni Evriady, mengatakan kelangkaan minyak goreng akibat perilaku masyarakat. Sebab pasokan sebenarnya lancar, meskipun terbatas, sementara masyarakat terus membeli minyak goreng, untuk dipersiapkan menjelang bulan suci. “Jadi sepertinya mereka tumpuk di rumah untuk persiapan, karena katakutan kehabisan,” katanya. (jn)