Lonjakan Harga CPO Diharapkan Tidak Pengaruhi Rencana Pembangunan Industri Hilir

Kaltim, Kutai Timur487 Dilihat

SANGATTA. Meningkatnya investasi secara drasti di Kutai Timur  dalam dua tahun ini tidak lepas dari kenaikan harga komoditas batu bara dan  crude palm oil (CPO). Bahkan harga COP naik hingga 3 kali lipat. 

Meskipun kenaikan ini  telah mendorong investasi yang cukup basar,  namun disisi lain, pemerintah Kutai Timur kini khawatir, jangan sampai lonjakan harga CPO ini dimanfaatkan pengusaha hanya untuk mencari keuntungan capat, dengan mengekspor  COP saja,  dan tidak melanjutkan rencana semula untuk membangun pabrik turunannya atau industri hilir CPO di Maloy.

“Terus terang, dengan lonjakan  harga sawit ini, kita was-was, jangan sampai pengusaha kini  hanya mendorong ekpor CPO, dan tidak melanjutkan pembangunan industri hilir sawit.  Tapi saya masih berharap, pengusaha ini komitmen membangun industri hilir,  terutama pengusaha yang telah mendaftar untuk membangun industri hilir di Kawasan Ekonomi Khusus Maloy  di Kaliorang,” katanya.

Sebab, diakui sudah ada beberapa pengusaha yang siap membangun industri hilir sawit di sana, jauh sebelum harga kenaikan sawit melonjak.  Hanya karena ada beberapa kendala, sehingga mereka belum membangun. Termasuk kendala badan pengelola kawasan, yang hingga kini belum selesai.

“Kalau ini sudah beres, kami berharap  perusahan bisa segera membangun industri hilir CPO,” harap Ardiansyah.

Seperti dikatahui,  meskin dalam dua tahun ini banyak investasi yang terkendala pandemi covid-19, namun di Kutim ini investasi justru meningkat. Terutama sektor batu bara dan perkebunan sawit. Baik investasi penamaman modal asing (PMA) maupun  penanaman modal dalam negeri (PMDN).

Berdasarkan data yang di paparkan Bupati, PMA yang masuk Kutim tahun 2020 senilai Rp1,6 triliun,  sementara tahun 2021 naik jadi Rp1,9 triliun. Kebanyak PMA ini masuk sektor pertambangan dan perkebunan. Sementara PMDN, tahun 2020, senilai Rp1,4 triliun, tahun 2021, naik jadi Rp4,3 triliun.

“Jadi naiknya sangat besar, tapi kita masih ingin kejar terus.  Karena kita ingin ada investasi sektor hilir, yang akan memberikan dampak lebih besar baik nilai tambah maupun terhadap serapan tenaga kerja,” jelasnya.(jn)