SANGATTA. Masalah aset, baik kendaraan maupun lahan di Kutim, dari tahun ke tahun selalu jadi masalah yang tak terselesaikan. Bahkan, dalam kondisi Kutim meraih opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), masalah ini juga ternyata tidak selesai.
Namun, dengan tekad yang tulus, PJS Bupati Kutim Jauhar Efendi kini bisa meletakkan pondasi perbaikan aset. Setidaknya, yang hampir rampung adalah aset kendaraan, yang selama ini dibawa pulang baik pegawai yang pindah, mantan pegawai, termasuk pejabat Instansi Vertikal yang pindah ke daerah lain, dengan membawa pulang mobil pinjam pakai dari Pemkab Kutim, kini bisa ditarik.
“Saya mengambil kebijakan menarik kendaraan yang digunakan tidak sesuai peruntukannya, karena berangkat dari kenyataan, prihatin, OPD, Camat tidak punya kendaraan dinas. Camat bagaimana kerja dengan baik kalau tidak punya kendaraan, padahal luas wilayahnya sama dengan kabupaten kota di Jawa Barat,” katanya.
“Saat saya mengambil kebijakan ini pun wartawan tanya, apakah bapak mampu menarik kendaraan, hanya dalam waktu dua bulan. Saya katakan saat itu, dengan ihktiar, berikan saya kesempatan bersama dengan tim, untuk kerja. Sekarang, ternyata bisa,” lanjut Jauhar, dalam sambutan saat menyerahkan kendaraan tarikan ke beberapa camat di Halaman kantor Bupati Kutim (3/12).
Dikatakan, dengan kebijakan ini, banyak yang suka, banyak juga yang tidak suka. Pertama ada yang mengatakan, “saya arogan. Terakhir, saya disebut beringat. Tapi, tidak apa, karena apa yang kita lakukan, untuk penegakan aturan. Toh, semua yang kita lakukan di dunia, itu akan kita pertanggunjawabkan di akhirat. Kalau ada yang tidak suka, tidak apa, tapi ada juga, bahkan banyak yang suka, terutama camat, pejabat di OPD, yang akhirnya punya kendaraan dinas. Tapi mohon maaf, ini hanya kendaraan bekas, karena memang kita tidak bisa pengadaan baru saat ini,” katanya.
Dan kepada jajaran pemkab Kutim, Jauhar meminta agar yang tersisa, dituntaskan penarikannya. Digunakan sesuai dengan peruntukannya.
Dikatakan, penarikan dilakukan, itu jelas sesuai dengan Perda, yang menyatakan kendaraan dinas digunakan oleh pejabat yang masih aktif.
“Saya tahun depan, pensiun. Hingga kini, saya tidak pernah mengambil mobil dinas atau dum mobil dinas. Kecuali, memang saat ini memang pakai mobil dinas, tapi saat pensiun, saya akan kembalikan. Bahkan, saya juga tidak pernah pakai rumah dinas, tapi hingga kini, saya masih sehat, bisa tersenyum,” katanya.
Dikatakan, wajar sebua kebijakan tidak memuaskan semua orang, termasuk kebijakan menarik kendaraan dinas. Tapi, kini camat yang menerima kendaraan dinas, pasti suka atau puas, meskipun hanya kendaraan bekas.
“Saya akan kembali ke Provinsi (6/12), saya berharap kegijakan ini dilanjutkan. Sebab, dari komunikasi yang saya lakukan dengan berbagai pihak, pada dasarnya mereka suka. Termasuk partai. Makanya, kendaraan yang dibawa pulang mantan anggota DPRD Kutim, juga dikembalikan. Yang dibawa pulang mantan pejabat instansi verikal, juga dikembalikan. Saya berharap, ini jadi preseden baik, letakkan dasar yang baik, agar kerja ke depan, enak,” katanya.
Diakui, tahun 1990, dirinya Camat Babulu. Saat itu dirinya dapat mobil kijang Kabsul. Kemudian pindah Panajam, temannya minta agar mobil dibawa, karena kalau tidak, tentu lama baru dapat kendaraan yanag baru. Tapi dirinya saat itu bilang itu akan merusak tatanan aset daerah, karena itu dirinya tidak bawa. “memang saya lama baru dapat kendaraan, tapi tak masalah, karena saya masih bisa jalan,” katanya.
Karena itu, ke depan, kendaraan yang ditarik ini, agar ditata sesuai peruntukannya, dan bagi ASN yang menggunakan, kalau purna tugas, kembalikan mobilnya. “Saya juga hingga kini tidak pernah dum mobil dinas. Tahun depan saya pensiun, mobil dinas saya juga akan saya kembalikan.
Setelah ditata, kawan yang menerima, dirawat dengan baik, anggap itu milik sendiri, tapi kalau pensiun, kembalikan, sesuai dengan aturan,” katanya.
Dan kepada ASN, dia berpesan, agar tidak banyak mengeluh, karena makin mengeluh, tidak akan menyelesaikan masalah. “Malah, kalau terlalubanyak mengeluh, bisa stres, imunitas turun, banyak penyakit masuk,” katanya.(jn)