Sangatta…Pandemi Covid-19 berpotensi menurunkan cakupan imunisasi bagi anak-anak Indonesia termaksud di Kabupaten Kutai Timur. Jika tidak segera diantisipasi, rendahnya cakupan imunisasi ini di khawatirkan bisa menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) seperti wabah campak, difteri, dan tuberkulosis yang lebih besar pada masa mendatang di luar Covid-19. Padahal, penyakit tersebut bisa dicegah dengan vaksinasi.
Menurut kepala bidang pencegahan, pemberantasan penyakit dan penyehatan lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan Kutim M Yusuf jika capaian imunisasi sangat rendah, maka di khawatirkan akan berdampak terhadap Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi atau PD3I, seperti hepatitis B, pertusis, difteri, haemophilus influenzae tipe B, campak dan tetanus.
“nah ini nanti akan berpeluang menjadi KLB seperti dulu ada difteri, karena apa ? target yang ingin kita capai, seperti di tahun 2020 sebesar 71 persen, untuk imunisasi dasar lengkap. Nah jika ini tidak tercapai maka akan berpengaruh pada penyakit PD3I ini”. Jelasnya
Untuk itu, dampak covid-19 ini bisa dipastikan akan berpengaruh terhadap penyakit-penyakit lain. Karena masyarakat cukup sulid untuk di kumpulkan ditengah pandemi ini. “hampir semua program bermasalah karena kita lebih prioritaskan ke covid-19. Lebih baik kita mengamankan nyawa orang lain dulu, dari pada program yang lain”. Bebernya
Selain itu, Yusuf juga mengakui jika target imunisasi lengkap dasar di Kabupaten Kutai Timur capaiannya masih terbilang bagus. Namun yang masih terbilang rendah adalah imunisasi dikisaran umur 11 bulan keatas (Batuta) atau di bawah 3 tahun .
“Minimal itu perdesa, standar imunisasinya 80 persen kita masuk. Cuman tetaplah seluruh Indonesia dampaknya imunisasinya turun karena adanya covid-19 ini. Tapi kita berharap KLB tidak terjadi misalnya seperti campak dan difteri”. Jelasnya
Sementara jika terkait anggaran imunisasi, menurut yusuf sebenarnya sangat mencukupi, meskipun sebelumnya kita juga sempat terseok-seok akibat wabah virus corona. “Namun pada dasarnya masyarakatnya sendiri juga tidak berani untuk di imunisasi. Keluar rumah aja takut, inikan sensitif anak-anak sangat beresiko. Jadi takut di imunisasi, selain itu petugasnya juga takut. Inilah dampaknya dan persoalan ini seluruh Indonesia”.Terangnya
Lebih lanjut, yusuf mengaku sejak adanya surat edaran dari Mentri kesehatan kegiatan imunisasi ditengah pandemi harus dilaksanakan. “contoh di Kota Balikpapan, imunisasinya tidak di posyandu dan memang sudah lama. Selama ini Kutai Timur pelaksanaan imunisasi di Posyandu, nah kalau di Posyando orang bisa berkumpul dan itu sangat beresiko. Tapi kalau datang langsung ke Puskemas tanpa diberitahukan kapan waktunya maka bisa mencegah kerumunan. Begitu datang langsung di imunisasi dan bisa llangsung pulang”. Tutupnya