Potensi Lahan Luas, Distanak Kutim Kembangkan Tanaman Hortikultura

Kutai Timur684 Dilihat

SANGATTA. Dinas Pertanian dan Peternakan kini giat mengembangkan tanaman hortikultura. Hal ini perlu dilakukan untuk mengantisipasi ‘ledakan’ penduduk Kaltim karena kepindahan ibu kota negara ke Kaltim serta berkembangnya  kawasan industri Maloy serta Metanol di Bengalon. Demikian dikatakan Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan (Kadistanak) Kutim Sugiono.

“Kutim, sebagai salah satu daerah  dengan lahan kering yang luas di Kaltim, harus sejak dini mengembangkan tanaman hortikultura. Ini diperlukan, untuk mengantisipasi ledakan penduduk Kaltim, menyambut kepindahan ibu kota negara dan beroperasinya kawasan industri di Bengalon,” katanya.

Sugiono mengatakan, jika ibu kota pindah ke Kaltim, setidaknya sekitar 1,5 juta pendatang baru. Mereka semua butuh makanan yang bergizi tinggi.  “Masak kebutuhan mereka terus dipasok dari Jawa.  Ini harus kita atangkap sebagai peluang usaha, dengan mengembangkan pertanian hortikultura. Sebab, nantinya, hasil panen kita akan punya keunggulan dari segi harga. Sebab, kita tak perlu biaya tambahan untuk angkutan, hasilnya pasti lebih segar sampai di konsumen,  dibanding buah dari Jawa atau Sulawesi,” katanya.

Belum lagi dengan kawasan industri di Bengalon, itu butuh puluhan ribu tenaga kerja. Itu mungkin dalam waktu tiga atau empat tahhun ke depan, sudah beroperasi.  Kalau petani Kutim mampu menangkap peluang pasar  ini, maka akan sangat besar pendapatan mereka. Sebab, ini merupakan pasar di depan mata, yang harusnya direbut petani di Kutim. “Karena itu, kami dari Distanak memacu petani untukmengembangkan tanaman hortikultura, untuk kebutuhan masyarakat ke depan,” katanya.

Bukan hanya itu, hasil buah dari tanaman seperti durian Musangking, saat ini jadi komoditas ekspor yang sangat berharga. Sertidaknya, sekilonya itu harganya Rp250 ribu.  “Kalau masyarakat menanam durian ini dua hektar saja,  hasilnya akan sangat besar,” katanya.

Bahkan, buah seperti alpukat, lengkeng itupun juga tidak kalah nilainya kalau bisa dibudidayakan dengan baik. Selain nilainya tinggi, juga sangat  gampang pemeliharaannya. Kalau tidak ada waktu, bisa seminggu dua minggu baru datangi, untuk melihat kondisinya. Berbeda dengan memelihara ternak,  seperti sapi, meskipun hanya satu ekor, tetap tidak bisa bisa ditinggal. “kaluar kota, tidak mungkin titip orang. Jadi, lebih baik berkebun, hasilnya Pasti  lebih baik nantinya,” katanya. (jn)