Sangatta…Kian hari, jumlah pasien terkonfirmasi positif covid-19 di Kabupaten Kutai Timur terus bertambah. Hal ini membuat daya tampung rumah sakit, untuk perawatan pasien sudah melebihi kapastitas. Sementara anggaran yang ada tidak memadai, akibatnya membuat Dinas Kesehatan Kutim cukup kebingungan.
Hal ini diakui Kepala Dinas Kesehatan Kutim dr Bahrani Hasanal. “Sekarang dengan lonjakan pasien corona, ruang perawatan RS Kudungga, penuh. Ada wacana untuk melakukan karantina di hotel bagi pasien OTG, tapi kami terkendala anggaran. Ini tentu jadi masalah bagi kami di dalam tiga bulan ke depan, jika jumlah pasien terus bertambah,” kata dr Bahrani Senin (12/10).
Sebab, menurutnya, anggaran APBD perubahan, telah disahkan. Sehingga tidak mungkin ada pergeseran lagi. Namun, pihaknya berharap ada kebijakan pemerintah, agar anggaran mungkin bisa diturupi dan dana CSR perusahan atau anggaran mendahului tahun depan, dalam penanganan corona di akhir tahun ini.
“Jadi, kalau pemerintah dan DPRD menyetujui anggaran mendahului, skenario kami, karantina dilakukan bagi pasien OTG, gedung badan diklat, sementara relawan covid-19, yang sekarang menempati Gedung Diklat, kami tempatkan di hotel,” katanya.
Dikatakan, dari komunikasi yang dilakukan dengan sebuah hotel, diketahui anggaran harian sekitar Rp15 juta. Sebab untuk sewa hotel, Rp12 juta, sementara untuk makan-minum, sekitar Rp3 juta, sehingga total sekitar Rp15 juta per hari.
“Jika ditotal, dalam tiga bulan ke depan, ini jumlah yang cukup besar. Sebab sebulan itu sekitar Rp450 juta, sehingga dalam tiga bulan sekitar Rp1,5 miliar, termasuk APD dan berbagai kebutuhan lainnya.
Sekedar diketahui, jumlah masyarakat terkonfirmasi corna di Kutim sebanyak ada 667 kasus dengan kasus sembuh sebanyak 417 kasus dan meninggal 9 kasus pada posisi kemerin. Namun jumlah ini bisa bertambah lagi, jika hasil swab, kemarin, ada lagi yang terkonfirmasi.
Kepada wartawan, Bahrani mengakui, lonjakan pasien yanag terjadi di Kutim saat ini, pada umumnya dari perlaku perjalanan di Kaltim sendiri, seperti Balikpapan, Samarinda, Berau, dan Bontang. “Kalau masyarakat bisa menahan diri, tidak lakukan perjalanan. Termasuk memperhatikan protokol kesehatan, maka lonjakan ini bisa ditekan,” katanya. (KE/*)