Utang Proyek Tahun Jamak Masih Rp 600 M, Arfan: Kita Ikut Maunya Kontraktor

SANGATTA.  Wakil ketua DPRD Kutim, Arfan mengakui jika utang proyek tahun jamak (Multi Years) Pemkab Kutim masih sekitar Rp600 miliar. Ini jumlah yang cukup besar. Meskipun, tetap berharap kontraktor bisa menyelesaikan semua proyek yang telah ditandatangani kotraknya, namun dengan kemampuan keuangan Kutim, maka pilihannya, tergantung kontraktor apakah akan menyelesaikan pekerjaannya dengan ketentuan dicicil pembayarannya, atau berhenti, kemudian dibayar sesuai dengan progres pekerjaan mereka.

“Utang proyek tahun jamak kita masih sekitar Rp600 miliar. Proyek ini kan, sesuai dengan perjanjian, seharusnya diselasaikan pembangunannya, termasuk pembayarannya dalam periode kepemimpinan Bupati Ismunandar dan Wakil Bupati Kasmidi Bulang saat ini. Tapi, untuk keuangan, mungkin akan sulit terbayar, karena tinggal satu tahun lagi.  Karena itu, pilihanya ada di kontraktor. Kalau mau lanjut hingga tuntas,  DPRD komitmen untuk bayar. Tapi kalau tidak, kita bayar sesuai dengan progres.

Menurutnya, berdasarkan konsultasi dengan PU, sebenarnya kalau kontraktor mau kerja dengan serius, maka proyek bisa tuntas tahun ini. Tapi kalau memang tidak ingin melanjutkan pekerjaan, maka pemerintah sudah pasti akan bayar sesuai dengan progres.

“Bagi DPRD Kutim dan pemerintah, komitmen untuk bayar. Makanya tahun ini kami siapkan anggaran di APBD murni, sekitar Rp125 miliar. Di APBD perubahan nanti, juga kita akan tambah anggaranya. Ini dimaksudkan agar  cicilan pembayaran dilakukan secara konsisten. Tapi bagi yang tidak mau lanjutkan pekerjaan, tidak masalah,” katanya.

Sebelumnya, Kepala Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kutim Aswandini Eka Tirta mengakui, dari sekitar 32 proyek tahun jamak, baru empat yang diselesaikan dengan tuntas. Kendala pekerjaan adalah masalah pembayaran. Sebab sesuai kontrak, pembayaran dilakukan sesuai dengan kemajuan proyek, namun ternyata karena anggaran tidak memadai, sehingga pembayaran tidak sesuai dengan kemajuan proyek. Akibatnya, banyak konraktor tidak bekerja maksimal, sehingga pekerjaanya belum sesuai dengan harapan.

“Caontohnya saja, Jembatan Sangatta Selatan. Pekerjaan sudah 40 persen, tapi dananya baru Rp3 miliar. Ini sangat jauh dari kebutuhan sekitar Rp35 miliar,” katanya.