Kemenkes, WHO dan Globalfund Kunjungi Kutim

Kutai Timur535 Dilihat

SANGATTA – Dinas Kesehatan Kabupaten Kutai Timur (Kutim) mendapat kunjungan istimewa dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, World Health Organization (HWO), dan Globalfund (organisasi pendanaan dan kemitraan internasional), Kamis (23/1/2020). Kunjungan tersebut bertujuan, untuk memonitoring kegiatan pemberantasan Tuberculosis (TBC) di Kutim.

Kedatangan tim ini, disambut hangat Kepala Dinas Kesehatan Kutim, dr Bahrani dan jajaran Dinkes, Ketua Perhimpunan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia (PPTI) Kutim, Tirah Satriani serta perwakilan – perwakilan Rumah Sakit – Rumah Sakit yang ada di Kutim.

Melalui kegiatan yang bertajuk “Joint External TB Monitoring Mission di Kabupaten Kutai Timur tahun 2020” ini, Dinkes lantas mempresentasikan program atau kegiatan – kegiatan yang telah dilaksanakan, yang disampaikan Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinkes Kutim Muhammad Yusuf .

Ditemui usai kegiatan, Kepala Dinas Kesehatan Kutim dr Bahrani mengatakan, target 2020 bebas TBC di Kutim belum bisa terealisasi. Menurut mantan Direktur RSUD Kudungga ini, hal ini disebabkan luasan wilayah Kutim yang cukup luas, kurang tenaga medis (termsuk SDM), peralatan yang masih terbatas.

Bahrani menambahkan, SDM pemegang program seperti di Puskesmas masih sedikit. Satu orang memegang beberapa program, sehingga tidak fokus.

“Jika kita ingin penanganan makasimal, satu program dipegang satu orang, agar fokus terhadap kegiatan TBC ini. Yang menjadi masalahnya, daerah kita (Kutim) ini sangat luas. Seluas Jawa barat plus Banten. Sehingga untuk penangananya (TBC) sangat kompleks,” ucap Mantan Direktur RSUD Kudungga ini.

Pemberantasan TBC 2020 sudah lewat, sambungnya, kemudian akan dicanangkan kembali 2030 Kutim Bebas TBC. Hal ini, tidak dapat dilakukan sendiri oleh Dinkes, butuh keterlibatan dari semua pihak, Stakeholder, PPTI dan masyakat.

Untuk itu, dalam kunjungan ini, lanjut Bahrani, Dinkes membutuhkan beberapa rekomendasi – rekomenasi, dalam penangan TBC.

Lebih jauh diungkapkan dr Bahrani, selama 2017 – 2018 ditemukan sekitar 650 kasus TBC, 4 kasus diantaranya adalah kasus MDR (Multi Drug Resisten) TBC dengan Resisten obat . Diperkirakan masih ada penderita TB lainnya, di Kecamatan – Kecamatan yang belum terjangkau.

“Tiga orang diantaranya telah selesai melakukan pengobatan dan satu masih proses pengobatan. DiKutim sudah punya dokter spesialis paru yanf bertugas di RSUD Kudungga Sangatta. Jadi warga tidak perlu jauh-jauh berobat keluar Kutim,” terang Bahrani. (hms15)