Sangatta. Bagaikan pepatah buah simalakama, tindakan pemerintah menutup lokalisasi praktek prostitusi di sejumlah daerah di Indonesia, ternyata memberikan dampak pada penyebaran HIV/AIDS. Tidak terkecuali di Kutai Timur, dampak penutupan lokalisasi prostitusi Kampung Kajang dan sejumlah lokalisasi prostitusi di Kutim, ternyata memberikan dampak besar pada penyebaran HIV/AIDS di masyarakat. Hal ini diakui langsung Kepala Dinas Kesehatan Kutim, dokter Bahrani Hasanal.
Menurutnya dengan ditutupnya sejumlah lokalisasi praktek prostitusi di wilayah Kutim, cukup membuat Dinas Kesehatan Kutim dan Komisi Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD) Kutim, kewalahan dalam melakukan pemantauan dan pendataan terhadap wanita tuna susila (WTS) penghuni lokalisasi dan terdata memang sudah mengidap HIV/AIDS.
Pasalnya dengan dilakukannya penutupan, meski sebagian WTS telah pulang kembali ke kampung halamannya, namun ternyata masih cukup banyak juga yang tetap tinggal dan menetap di Kutim. Bahkan adanya indikasi bahwa para WTS ini membuka praktek prostitusi secara terselubung di rumah-rumah kost dan kafe atau tempat hiburan malam (THM).
Lanjut Bahrani, jika dulu pihaknya dengan mudah melakukan pengecekan dan pemeriksaan dengan melakukan VCT (Voluntary Counseling and Testing) HIV kepada penghuni lokalisasi prostitusi, namun dengan telah ditutupnya lokalisasi tersebut diduga kuat para mantan penghuni lokalisasi menyebar menghuni kost-kost yang tidak bisa terlacak oleh petugas Dinkes dan KPAD Kutim.
Ditambahkan Bahrani, selain memperkuat iman juga diperlukan sikap setia kepada pasangan sah, agar bisa terhindar dari HIV/AIDS. Namun jika tetap belum bisa menahan syahwat yang berlebih, maka pihaknya menyarankan agar menggunakan alat kontrasepsi berupa kondom. Hal ini untuk meminimalisir penyebaran dan terjangkitnya HIV/AIDS. Selain itu, sosialisasi ini juga dianggap penting karena di Kutim ini sudah ada kasus HIV/AIDS yang ditemukan dan diidap oleh ibu rumah tangga (IRT) yang tengah mengandung atau hamil serta bayi yang dilahirkan, dengan persentase sekitar 3 persen dari 17.942 jiwa yang menjadi total sasaran populasi kunci tes HIV/AIDS di Kutim. Ditambah lagi temuan adanya ibu hamil (Bumil) yang tertular penyakit kelamin, seperti sifilis. Kondisi ini memang cukup ironis, mengingat penularan HIV/AIDS ternyata dilakukan oleh sang suami penderita sendiri.